Tidak terbayang bagi saya bisa menjalani profesi sebagai chef di restoran, bahkan di negara yang terbilang baru untuk saya. Padahal, selama di Indonesia, profesi chef belum pernah saya geluti.
Memilih menjadi chef ketika tinggal di Amerika Serikat (AS) barangkali lebih karena kondisi saya waktu itu. Ketika belum lama tiba di Philadelphia, AS, saya hendak membuka usaha spa, seperti yang saya lakukan di Indonesia.
Untuk bisa membuka usaha spa di sini (AS), syaratnya saya mesti mentransfer sertifikat manajemen spa yang saya miliki di Indonesia. Biaya peralihan sertifikat ke AS sebesar US$12 ribu membuat saya mengurungkan niat membuka spa di negara ini.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Hanya untuk transfer sertifikat saja sangat mahal, itu belum termasuk ongkos sewa tempat dan material yang lainnya, seperti sumber daya manusianya. Akhirnya, saya memilih mencari kerja di sini.
Ya, karena saya hobi masak, ya cari kerja di restoran dulu. Kebetulan, enggak lama, saya diterima bekerja pertama kalinya di sebuah American Breakfast & Lunch Place di Old City, Philadelphia. Waktu itu menunya standar aja, kalau breakfast-nya orang Amerika itu kan ya pancake, waffle, atau sandwich.
Dari pengalaman itu, dia pun tahu bahwa Orang Amerika itu kalau menu sarapan pagi dan makan siangnya hanya beda isi rotinya saja. Saat sarapan, isi rotinya seperti telur, bacon, turkey bacon, atau telur saja pakai keju, sedangkan kalau makan siang menunya burger.
Sebelum membicarakan perjalanan bekerja sebagai chef di AS lebih jauh, saya ceritakan dulu bagaimana saya sekeluarga pertama kali pindah ke Negeri Paman Sam pada Agustus 2019. Salah satu pertimbangannya adalah saran dari rekan suami yang sudah lebih dulu tinggal di sana, yang mengungkapkan peluang bisnis di bidang produksi foto dan video di AS.
[Gambas:Instagram]
Setelah setahun bekerja di restoran Amerika, saya ingin cari pengalaman lain dan tentu tak bisa saya pungkiri, kerja di tempat yang bayarannya lebih baik. Saya diterima di sebuah restoran Vietnam yang menunya sudah dimodifikasi agar cocok dengan lidah orang Amerika.
Awalnya saya melamar hanya sebagai line cook di bawah sous chef. Tapi, baru dua bulan saya masuk kerja, lead cook-nya resign karena harus kembali ke Florida. Bos saya yang sadar bahwa saya orang Asia, sehingga familiar dan paham dengan bumbu-bumbu khas Asia di restoran Vietnam, akhirnya percaya menyerahkan 80 persen menu restorannya kepada saya.
Ketika saya resign dari restoran Vietnam karena diterima kerja di restoran lain, ada kejadian lucu, saat dalam two weeks notice, sang bos malah meminta resep masakan di restorannya. Bos saya yakin saya sudah mengubah-ubah beberapa resep masakannya dan menjadi lebih enak dari sebelumnya.
Memang benar saya sudah menambah beberapa di resep masakannya, dan bos saya ternyata sadar dengan apa yang saya lakukan. Saya pun memberikan resep saya kepada dia.
ADVERTISEMENT
ADVERTISEMENT
source