Indonesia telah memiliki game e-sport karya anak bangsa, Lokapala dan sudah ada kompetisinya di tingkat Nasional. Namun masih ada beberapa permasalahan dalam industri game di Indonesia.
CEO Anantarupa Studio Ivan Chen yang juga kreator Lokapala membeberkan permasalahan-permasalahan tersebut. Salah satunya terkait Lokapala yang menjadi cabang olahraga (Cabor) di PON Aceh-Sumatera Utara tahun depan.
Ivan mengatakan, masih banyak provinsi di Indonesia yang bahkan tak terfasilitasi dengan baik terkait dengan pelatihan Lokapala di beberapa daerah.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
“Di beberapa persiapan PON, Pra-PON gitu, di beberapa daerah tidak ada Lokapala. Waktu kita tanya tidak ada dana buat Lokapala, nah ini kan aneh. Uang negara tapi nggak ada budget buat game lokal sudah resmi jelas-jelas masuk PON,” ujar Ivan kepada detikJogja di sela kompetisi Ksatria Mahardhika di Beteng Vredeburg, Minggu (15/10/2023).
Bagi Ivan, tugasnya sebagai kreator game sudah selesai saat Lokapala lahir dan menjadi game e-sport Indonesia pertama di Asia Tenggara dan masih satu-satunya.
“Kita udah berjuang masuk PON, tapi kalau nggak dikasih dana waktu pelatihannya, masa yang lain di kasih dana game-game asing, Lokapala nggak, akhirnya rontok sendiri,” terang Ivan.
“Industri game ini bisa berkembang atau tidak bukan bergantung pada kita, PR kita udah selesai, kita udah bisa bikin game e-sport pertama kok di Asia Tenggara dan sekarang masih satu-satunya. Dan selanjutnya sebenarnya ada di Pemerintah pusat atau daerah,” lanjutnya.
Masalah Birokrasi
Masalah lain yang tak kalah penting, menurut Ivan, yakni birokrasi di Indonesia. Ia membeberkan pada penyelenggaraan ajang Ksatria Mahardhika yang hanya diikuti 8 Provinsi saja, pihaknya susah payah mencari izin.
“Bisa jalan 8 region ini ternyata surat-surat yang kita harus tembusin ke beberapa dinas itu sampai 70 lebih surat. Dan itu prosesnya kurang lebih 3 bulan buat izin-izinnya aja,” beber Ivan.
“Mungkin ini masalah terbesar di Indonesia ya, yaitu birokrasi. Birokrasinya tidak satu pintu dan tidak lancar. Kita sudah dapat izin dari pusat, terhambat di daerah, sudah dapat dari daerah terhambat di Kabupaten-kota,” lanjutnya.
Ivan menyayangkan minimnya dukungan pemerintah terhadap industri game milik anak negeri dibandingkan game asing. Baik dari segi izin maupun pendanaan.
“Tapi yang saya sayangkan, kita game lokal cukup susah buat cari izin, tapi ternyata game asing udah banyak masuk ke daerah-daerah dan ke sekolah-sekolah juga, tapi mereka nggak pakai perizinan segala macem,” terangnya.
Menanggapi hal tersebut, Asisten Deputi Peningkatan Prestasi Olahraga Kemenko PMK, Budi Prasetyo menjelaskan untuk pengembangan industri game di Indonesia harus ada kolaborasi lintas kementerian.
“Harus ada kolaborasi pentahelik dari kementerian terkait, misalnya dari sisi games atau e-sport itu di Kemenpora, sebenarnya ini ada di ranah industri di Kemenparekraf. Terus harus dibantu juga dari Kemenkominfo,” ujar Budi kepada detikJogja usai acara Ksatria Mahardhika, Minggu (15/10).
Sedangkan mengenai sulitnya perizinan kompetisi e-sport lokal dan menggunakan game lokal, menurut Budi, sudah ada aplikasi guna mempermudah perizinan.
“Kalau pemerintah, terutama Kemenpora, Kemenpan-RB, sama Kemenko Marinves, sekarang sudah membuat aplikasi online yang memudahkan untuk perizinan event. Nanti tinggal dimasukkan aplikasi aja terus sudah terintegrasi dengan kepolisian,” lanjutnya.
Selengkapnya baca di halaman berikutnya….
source