Setelah pandemi COVID, fenomena revenge tourism sudah menurun. Tahun ini tidak ada lagi tempat wisata yang diserbu pengunjung yang lama terkungkung di rumah. Fenomena yang juga terjadi di berbagai tempat wisata di Indonesia ini terjadi pada tahun 2021 sampai tahun 2023 lalu.
Hal itu merupakan analisis tren wisata yang dibedah dalam pameran pameran pariwisata tahunan terbesar di dunia Internationale Tourismus-Borse (ITB) Berlin yang berlangsung pada 5 hingga 7 Maret 2024 di Berlin Expo Center, Messe Berlin lalu.
Indonesia melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf/Baparekraf) berpartisipasi dalam pameran tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif/Wakil Kepala Badan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Wamenparekraf/Wakabaparekraf) Angela Tanoesoedibjo memimpin delegasi Wonderful Indonesia yang kali ini berkolaborasi dengan berbagai unsur pentahelix. Yaitu PPI Jerman untuk perwakilan akademisi, 93 pelaku industri pariwisata sebagai perwakilan unsur bisnis, diaspora Jerman sebagai perwakilan komunitas, BPPD Sulsel, Dispar DKI Jakarta, KBRI sebagai perwakilan pemerintah.
“Insight dari ITB Berlin, tahun ini fenomena revenge travel secara drastis menurun tidak ada lagi revenge travel seperti tahun-tahun sebelumya. Jadi kalau kemarin kita sempat kena pandemi, banyak (turis) yang dendam di 2022-2023, tahun ini sudah menurun drastis dan ada juga isu-isu terkait geopolitik, ekonomi, inflasi dan juga masalah mengenai starch shortage baru akan selesai 2025 dan di situlah target kepulihan sektor pariwisata,” ujar Menparekraf Sandiaga Uno memaparkan hasil pameran ITB Berlin, di Jakarta, Senin (18/3/2024).
Insight lainnya dari ITB Berlin mengenai sektor pariwisata di masa depan yang disampaikan Sandiaga antara lain:
1. 38 persen wisatawan global berencana berwisata once in a lifetime sekali di tahun 2024
2. 77 persen wisatawan global melakukan planning, secara digital
3. 90 persen wisatawan global menyatakan bahwa digitalisasi memberikan dampak pada keputusan berwisata
4. 48 persen mencari informasi mengenai destinasi melalui telepon genggam
5. 47 persen mencari penerbangan lewat aplikasi
6. 40 persen melakukan pemesanan melalui mobile phone pesan
7. 22 persen wisatawan sudah menggunakan chat bot untuk perencanaan berwisata.
“Media sosial menjadi inspirasi utama, melalui Youtube 40 persen, 35 persen word of mouth dan 33 persen dari Instagram untuk mencari sumber inspirasi berwisata,” ujar Sandiaga.
Mengenai negara penghasil turis dunia terbesar saat ini, China, Sandiaga mengatakan turis-turis China akan kembali membanjiri berbagai tempat wisata di dunia tahun ini.
“Tahun 2024, diprediksi pasar China akan kembali pulih, 100 juta warga China siap untuk long haul trip, dan ini tentunya tantangan kita karena Indonesia masih menerapkan visa policy yang belum membuka, sementara negara tetangga sudah membuka, dan kita belum punya direct flight yang cukup ini jadi tantangan dan peluang untuk menarik wisatawan dari China,” ujarnya.
Insight terakhir dari pameran ITB Berlin adalah tentang tren wisata. Wisata kuliner bakal semakin ngetren dengan 46 persen aktivitas wisata akan berkaitan dengan wisata kuliner, tren kedua sekitar 42 persen wisatawan global berniat untuk sightseeing atau jalan-jalan dan 40 persen wisatawan akan memilih untuk menghabiskan wisata di daerah pantai. “Asia semakin berkembang, mereka akan datang small group, outdoor activity, travel locally,” ujar Sandiaga.
source