Romantisme Kertas

Happy Salma

BAGI Happy Salma, 37 tahun, membaca hanyalah dari kertas. Meski aplikasi membaca sudah bejibun dan gampang diunduh di gawai, Happy ogah melakoni kegiatan ini. “Kalau di ponsel untuk yang iseng-iseng doang, yang sambil lewat, atau untuk cari data,” katanya saat menjadi bintang tamu #ngopidikantor di Gedung Tempo.

Untuk membaca yang agak berat, semisal buku atau majalah, Happy Salma memilih versi cetak. Buat dia, kertas punya banyak nilai lebih: bisa disimpan sehingga bisa dibaca lagi kapan-kapan serta lebih enak dipegang. “Kertas juga ada baunya, dan romantis,” ujarnya.
Happy Salma punya banyak koleksi buku. Dari manga karya penulis Jepang, Kyoko Mizuki, Candy Candy (versi Indonesia diterbitkan pada 1990-an)—hasil pencariannya di penjual buku bekas—sampai novel sejarah karangan Pramoedya Ananta Toer, penulis favoritnya.

Dari karya Pram yang berjudul Bumi Manusia dan Anak Semua Bangsa, Happy membuat pentas teater Bunga Penutup Abad. Happy Salma menjadi produser sekaligus memerankan Nyai Ontosoroh, salah satu tokoh sentral dalam dua novel tersebut.

Happy Salma menyimpan koleksinya di ruang baca rumahnya di Bali dan Jakarta. Happy selalu menyediakan waktu untuk melahap semua buku pilihannya tersebut. “Diusahakan kalau pergi juga membawa buku,” ucapnya.

***************************************************

Sumber Tulisan “Pokok dan Tokok” Majalah Tempo, Edisi Februarai – Maret 2017.

Leave a Comment