Lompatan Terbaru Arab Saudi, Ambisius Menjadi Pusat Gim dan E … – kompas.id

Setelah masuk bisnis sepak bola, bola basket, dan golf, Arab Saudi dan negara-negara Teluk terjun ke industri gim dan e-sport dengan investasi miliaran dollar AS. Mereka berambisi menjadi pusat gim dan e-sport dunia.
Para penggemar gim berfoto saat menghadiri Festival Gim dan E-Sport Dubai di Dubai, Uni Emirat Arab, 24 Juni 2023. Arab Saudi kini menancapkan ambisi untuk menjadi pusat gim dan e-sport tingkat dunia.
Menjadi ”pilihan destinasi” sejumlah bintang sepak bola dunia dan salah satu pemilik golf profesional seakan belum cukup bagi Kerajaan Arab Saudi. Kini, negara itu juga berinvestasi secara besar-besaran dalam industri dunia gim video senilai 180 miliar dollar AS atau Rp 2,7 kuadriliun per tahun.
Sejak September 2022, Kerajaan Arab Saudi sudah mengalokasikan sedikitnya 40 miliar dollar AS atau Rp 601 triliun demi mengejar ambisi menjadi pusat atau ”kerajaan gim dan e-sport dunia” pada tahun 2030. Dana sebesar itu diambilkan dari dana kekayaan negara Saudi.
Pada Februari 2023, Arab Saudi juga menjadi investor terbesar pada perusahaan gim Jepang, Nintendo. Dan pada bulan ini Arab Saudi menyelenggarakan turnamen gim terbesar di dunia dengan rekor hadiah terbanyak, yakni 45 juta dollar AS atau Rp 676 miliar.
Baca juga : Ketahanan Industri Gim dan E-sports yang Kian Berkesinambungan
Semua itu membuat Arab Saudi menjadi pemain yang semakin diperhitungkan dalam industri gim. ”Negeri Petrodolar” tersebut berubah sangat cepat dari negara, yang semula hanya terkenal dengan kekayaan minyak buminya, kini menjadi negara pendukung kuat dunia olahraga dan hiburan.
Sama seperti ketika masuk ke dunia sepak bola dan golf, ambisi Arab Saudi masuk ke dunia gim juga memicu reaksi penolakan dari beberapa kalangan. Para pengkritik menuding Arab Saudi sedang ”membersihkan diri” dari pelanggaran hak asasi manusia, termasuk dalam kasus pembunuhan kolumnis harian The Washington Post, Jamal Khashoggi, pada 2018.
Masuknya Arab Saudi ke dunia gim ini juga membuat heran banyak orang. Maklum, selama ini Arab Saudi mudah saja menghukum orang masuk penjara hanya gara-gara membuat unggahan di media sosial. Kini, negara itu masuk ke dunia maya yang didominasi oleh anak-anak muda.
”Ini seperti orang Romawi dan Coloseum. Ada negara-negara kaya yang memanfaatkan olahraga sebagai panggung untuk menunjukkan kekayaan dan kekuatan mereka. Yang menjadi pertanyaan, siapa yang berada di balik ambisi Arab Saudi ini dan apa maksudnya,” kata Joost van Dreunen, Guru Besar di Universitas New York, Amerika Serikat, dan penulis buku tentang bisnis gim video.
Foto bertanggal 28 Juli 2018 ini menunjukkan para penggemar gim sedang menonton kompetisi antara Philadelphia Fusion dan London Spitfire selama Overwatch League Grand Finals, di Barclays Center, New York, AS.
Tak diragukan, di balik ambisi besar itu, adalah Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman (37), yang akrab disapa MBS. Ia disebut-sebut rutin bermain gim.
MBS juga memasukkan gim sebagai bagian dari Visi Arab Saudi 2030. Visi ini memuat rencana-rencana ambisius negara itu untuk merombak ekonomi kerajaan dengan mengurangi ketergantungan pendapatan dari minyak, sekaligus menyediakan berbagai lapangan pekerjaan dan hiburan bagi penduduknya, terutama kaum mudanya.
”Kami memanfaatkan potensi yang belum digarap di bidang e-sport dan gim untuk mendiversifikasi ekonomi kami,” kata MBS, saat mengumumkan pendirian Savvy Games Group, September 2022.
Kami memanfaatkan potensi yang belum digarap di bidang e-sport dan gim untuk mendiversifikasi ekonomi kami.
Savvy Games Group adalah perusahaan milik Dana Investasi Publik Arab Saudi senilai 700 miliar dollar AS atau Rp 10,5 kuadriliun. Perusahaan itu dipimpin oleh veteran industri gim, CEO Brian Ward. Tujuannya, menginvestasikan 39 miliar dollar AS atau Rp 586 triliun dalam industri gim.
Savvy Games Group diharapkan akan mendirikan 250 perusahaan lokal dan menciptakan 39.000 lapangan pekerjaan dalam tujuh tahun ke depan. Pada awal bulan ini, mereka membeli Scopely senilai 4,9 miliar dollar AS atau Rp 74 triliun. Scopely dikenal sebagai pencipta gim ”Monopoly Go”, ”Star Trek Fleet Command”, dan ”Marvel Strike Force”.
Baca juga : ”E-Sports” Makin Dilirik sebagai Ajang Promosi Jenama
Gim adalah industri yang besar dan terbukti berkembang pesat. Firma pasar riset, Newzoo, menyebutkan bahwa sekitar 3,2 miliar orang bermain gim di komputer, konsol, perangkat seluler, ataupun layanan gim di cloud. Industri ini menghasilkan pendapatan 184,4 miliar dollar AS atau Rp 2,8 kuadriliun pada tahun 2022.
Para pemain dari tim Geek Slate mengikuti kompetisi di Mobile Legends Professional League (MPL) Indonesia, di Jakarta, pada 16 Juli 2023.
Menurut laporan Kelompok Konsultan Boston tahun 2021, industri gim menghasilkan lebih banyak uang daripada pendapatan gabungan dari film laris dunia, streaming musik, dan penjualan album, plus lima olahraga terkaya teratas.
Arab Saudi juga mendorong dunia e-sport, kompetisi yang mengadu pemain top dunia satu sama lain, dalam gim mulai dari gim ”Battle Royale” dan gim yang bergenre first-person shooter atau FPS hingga gim sepak bola ”FIFA” dan ”Madden NFL”.
Bagi yang tidak memahami atau tidak bermain gim, menonton orang lain bermain gim video barangkali tampak tidak menarik. Akan tetapi, itu bisnis besar karena melibatkan jutaan penggemar, atlet-atlet pemain e-sport yang menjadi selebritas, dan banyak perusahaan yang menjadi sponsor.
Ketika turnamen e-sport 2021 diadakan di Singapura, jumlah penontonnya sampai 5,4 juta dalam satu waktu yang sama. ”Ketika berinvestasi di e-sport, investor akan mendapatkan peluang iklan utama dan bisa mempromosikan negara sebagai tempat liburan yang keren, berpikiran maju, dan menarik,” kata Christopher Davidson, pakar Teluk pada lembaga kajian Pusat Eropa untuk Urusan Internasional di Belgia.
”E-sport memang pendatang baru, tetapi lebih mendunia ketimbang olahraga lain. Sepak bola Inggris boleh populer di mana-mana, tetapi tidak di China. Sementara e-sport populer di mana-mana,” lanjut Davidson.
Baca juga : E-Sport Buka Potensi Karier Baru
Pada musim panas lalu, Arab Saudi menjadi tuan rumah Gamers8. Turnamen gim ini berlangsung selama seminggu dengan total hadiah 15 juta dollar AS atau Rp 225 miliar. Acara ini akan diadakan lagi pada Juli ini dengan jumlah hadiah tiga kali lebih banyak.
Karena begitu tingginya antusiasme, tetangga-tetangga Arab Saudi yang juga kaya, yakni Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar, akhirnya juga ikut masuk dalam industri gim. UEA baru saja selesai menyelenggarakan festival e-sport selama lima hari pada bulan Juni lalu. Sementara Otoritas Investasi Qatar baru-baru ini membeli saham minoritas di Monument Sports & Entertainment, pemilik tim bola basket Washington Wizards dan tim hoki es Capitals—keduanya di Washington DC, AS—serta memegang kepemilikan event e-sport.
Seorang warga Uni Emirat Arab berjalan melewati sosok berpakaian ala Batman pada Festival Gim dan E-Sport Dubai di Dubai, Uni Emirat Arab, 24 Juni 2023.
Meningkatnya keterlibatan negara-negara Teluk yang otokratis ini memicu perdebatan di kalangan komunitas penggemar gim. Riot Games, pengembang gim ”League of Legends” yang populer—karena termasuk gim pertarungan dengan multipemain—dan penyelenggara turnamen Denmark Blast Premier sama-sama membatalkan kemitraan dengan Arab Saudi pada 2020 menyusul banyaknya protes dari para penggemar gim.
Blast Premier terpaksa memindahkan ajang final dunianya di Abu Dhabi, ibu kota UEA. Di Abu Dhabi, mereka juga menerima banyak protes serupa. Organisasi e-sport yang mewakili 60 pemain juara dalam 14 pertandingan, Team Liquid, Desember 2022, mengumumkan mereka akan menyumbangkan setengah dari hadiah kemenangannya dari pertandingan baru-baru ini di Arab Saudi dan UEA ke sebuah organisasi yang membantu individu LGBTQ+.
Homoseksualitas dilarang keras di Arab Saudi dan UEA. Kedua negara ini juga melarang segala bentuk advokasi LGBTQ+.
”Uang jelas menentukan segalanya. Saya kira, e-sport akan mengikuti arah yang sama dengan olahraga-olahraga lain. Mereka akan menjalin kemitraan dengan perusahaan milik negara dari negara-negara otokratis. Ini dilema yang akan terus berulang,” kata Stanis Elsborg Elsborg, analis senior pada Play the Game, inisiatif internasional untuk mempromosikan etika dalam olahraga, dan penulis tentang e-sport dan ambisi di negara-negara Teluk. (AP)

source