3 Tempat Wisata Religi di Sumenep, Ada Masjid Agung
SUMENEP, KOMPAS.com – Obyek wisata religi di Kabupaten Sumenep, Jawa Timur, mulai dipadati wisatawan menjelang bulan Ramadhan 1444.
Mayoritas dari meraka berkunjung untuk melakukan ziarah kubur hingga menikmati tempat-tempat bersejarah di Sumenep.
Baca juga:
Kepala Dinas Kebudayaan, Pemuda, Olahraga dan Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Sumenep, Moh Iksan mengatakan, setidaknya ada tiga tempat wisata religi di Sumenep yang mulai dikunjungi wisatawan menjelang bulan Ramadhan.
Tiga wisata religi tersebut yakni Asta Tinggi di Desa Kebunagong, Kecamatan Kota Sumenep, Asta Sayyid Yusuf di Kecamatan Talango Pulau Poteran, dan Masjid Jamik di Kecamatan Kota Sumenep.
Keberadaan Asta Tinggi yang terletak di Desa Kebunagong, Kecamatan Kota Sumenep tak lepas dari adanya keberadaan keraton di Sumenep.
Secara singkat, Asta Tinggi merupakan tempat peristirahatan terakhir raja-raja dan keluarga bangsawan Keraton Sumenep berada di atas perbukitan Madura.
Makam itu dibangun sejak awal abad 17 dan baru rampung setelah tiga generasi. Setelah selesai, makam itu dinamakan Asta Tinggi.
Nama itu bahkan dipakai juga sebagai nama jalan keberadaan lokasi makam, yakni Jalan Asta Tinggi, Desa Kebonagung, Kecamatan Kota Sumenep, Kabupaten Sumenep.
Baca juga: Susi Air Buka Rute Banyuwangi-Sumenep PP, Harga Mulai Rp 245.000
Dalam bahasa Madura, Asta Tinggi disebut sebagai Asta Raja yang maknanya adalah makam para Pangradja atau para Pembesar Kerajaan yang berupa makam.
“Banyak warga yang melakukan aktivitas ziarah kubur ke Asta Tinggi yang merupakan kompleks pemakaman para raja Sumenep,” kata Moh Iksan, Selasa (21/3/2023).
A post shared by Kompas Travel (@kompas.travel)
Asta Sayyid Yusuf di Kepulauan Poteran, Kecamatan Talango, Kabupaten Sumenep, selalu menjadi salah satu tempat wisata religi yang sering dikunjungi warga terutama saat menjelang hingga bulan Ramadhan tiba.
Iksan mengatakan, Asta Sayyid Yusuf sendiri merupakan makam seorang ulama sufi bernama Syekh Yusuf al-Makassari, Beliau dikenal sebagai mursyid atau pembimbing tarekat Khalwatiyah.
Syekh Yusuf al-Makassari sendiri merupakan ulama sufi yang lahir di Gowa, Sulawesi Selatan pada 3 Juli 1626 dan wafat di Cape Town, Afrika Selatan pada 23 Mei 1699.
Baca juga:
Hal yang menarik dari wali besar Sulawesi Selatan di abad ke 17 itu, lanjut Iksan, yaitu terkait makam sang sufi yang diyakini oleh masyarakat berada pada lima tempat yang berbeda, salah satunya di Kabupaten Sumenep.
“Itu diyakini oleh masyarakat sehingga pada momen-momen Ramadhan seperti sekarang ini, banyak masyarakat yang melakukan aktivitas ziarah kubur ke Asta Sayyid Yusuf di Talango,” kata dia.
Salah satu yang layak dikunjungi saat berada di Kabupaten Sumenep adalah Masjid Agung Sumenep, yang merupakan tempat ibadah bersejarah yang berdiri sejak 1779 Masehi.
Masjid yang memiliki makna filosofis pada setiap detail bangunannya itu merupakan bagian dari sejarah yang melekat pada kebudayaan masyarakat Sumenep.
Dulunya masjid ini bernama Masjid Jami’ dan memiliki gabungan berbagai unsur budaya dalam rancang bangunannya, yakni budaya Persia, Arab, India, Cina, dan Jawa.
Baca juga:
Pola eklektis itu seperti merepresentasikan keberagaman etnis yang tinggal di pulau berpenghasil garam tersebut.
“Masjid Agung (Sumenep) inilah simbol keberagaman, simbol bahwa Islam itu mengayomi dan menjaga kerukunan umat beragama yang ada di Sumenep,” pungkasnya.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Dapatkan informasi dan insight pilihan redaksi Kompas.com
Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.
source