Jalan Panjang Garut Jadi Tempat Wisata Kelas Dunia Tanpa Pungli – detikJabar

Kabupaten Garut selalu berambisi menjadi destinasi wisata kelas dunia, karena surga wisatanya yang beragam. Tapi, ada segudang PR yang harus dituntaskan, termasuk soal pungli.
Sudah tidak diragukan lagi, jika Kabupaten Garut menjadi salah satu tujuan wisata di Jawa Barat. Mulai dari wisata alam seperti gunung dan pantai, hingga wisata buatannya yang selalu menjadi primadona.
Maka itu, Garut selalu mendapat tempat di hati para pelancong yang datang dari berbagai daerah. Tapi…. layaknya manusia yang tak ada yang sempurna, keindahan destinasi wisata yang ada di Garut juga kerap kali tercoreng dengan beragam hal yang dianggap tak perlu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mulai dari fasilitas penunjang tempat wisata yang dianggap kurang ideal, hingga yang paling sering dikeluhkan oleh wisatawan yakni pungutan liar (pungli) yang kerap dilakukan oknum masyarakat.
Ada beberapa tempat wisata di Garut, yang menjadi arena pungli para preman kampung. Yang paling kerap, adalah tempat wisata pemandian air panas Cipanas, yang legendaris.
Salah satu modus pungli yang terkenal di daerah itu, adalah getok harga cuci mobil. Kendaraan pribadi milik wisatawan, khususnya mobil, tiba-tiba dicuci sesuka hati oleh oknum masyarakat. Setelahnya, mereka meminta imbalan yang tak masuk akal. Bahkan hingga Rp 50 ribu.
Berdasarkan catatan detikJabar, kasus tersebut terakhir kali ditemukan pada tahun 2019 lalu. Tepatnya pada bulan Desember saat itu, tim dari Polsek Tarogong Kaler dipimpin Kapolsek Iptu Asep Saepudin menangkap 6 orang preman yang meresahkan wisatawan.
Penangkapan bermula dari adanya laporan wisatawan yang mengaku dimintai sejumlah uang oleh oknum, yang mengaku telah mencuci mobil korban. Para preman lantas dipidanakan meskipun hukumannya terbilang ringan.
Kejadian serupa juga sempat terulang kembali di tahu. 2022, saat itu, dua orang pria terpaksa berurusan dengan polisi karena menjalankan ‘bisnis unik' mencuci paksa mobil wisatawan.
Selain pungli kepada pengunjung Cipanas, di lokasi yang sama juga sempat terjadi aksi pungli terhadap pendaki Gunung Guntur yang berlangsung pada tahun 2017 lalu.
Kala itu, warganet dihebohkan dengan pengakuan seorang pendaki, yang mengaku dipalak oknum warga yang meminta uang tiket masuk ke Gunung Guntur.
Kala itu, sang pelapor dan rekan-rekannya yang hendak melakukan pendakian ke Gunung Guntur diadang seorang pria bersenjata tajam yang memintai sejumlah uang kepada mereka agar bisa masuk ke area pendakian Gunung Guntur.
Lain cerita dengan Cipanas, di kawasan pantai selatan lebih edan lagi. Modus pungli yang kerap terjadi di tempat wisata tersebut, adalah getok harga tiket masuk kawasan wisata. Beberapa kasus rombongan wisata yang masuk namun hanya diberi 1 karcis saja tapi bayarannya sesuai dengan jumlah orang yang masuk, juga beberapa kali ditemukan di sana.
Selain itu, ada juga pemalakan yang terjadi pada para sopir truk dan kendaraan besar dengan modus ‘jual dedet' air mineral. Para sopir wajib untuk membeli air dalam kemasan dengan harga yang ditentukan oleh para oknum tersebut.
Seperti yang terjadi pada September 2021, sekelompok preman kampung membuat resah para sopir karena memaksa mereka untuk membeli air dalam kemasan. Aksi tersebut terbilang berani karena dilakukan dengan cara mencegat truk yang sedang melaju kencang di jalan raya.
Polisi bahkan mengerahkan Tim Sancang yang kala itu baru dibentuk Polres Garut untuk menangkap mereka. Sekitar tiga orang preman itu akhirnya diamankan dan dihukum.
Serangkaian aksi pungli yang terjadi di Garut, kebanyakan didalangi oleh oknum masyarakat. Humas Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Garut Deni Rinjani menilai, aksi pungli terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat di tempat wisata untuk ikut menjaga dan melestarikan tempat wisata.
“Sebagian kalangan masyarakat justru cenderung memilih jalan praktis untuk mendapatkan uang. Ya jatuhnya pungli itu. Kalau pemahamannya bagus, padahal mereka bisa ikut berusaha mencari nafkah di sekitar tempat wisata. Berjualan oleh-oleh, makanan dan minuman itu sangat bisa. Apalagi warga lokal,” ungkap Deni.
“Kalau di perkotaan, khususnya Cipanas saat ini sudah mulai jarang ada pungli yang cuci mobil khususnya. Karena memang ada tindakan yang dilakukan oleh petugas,” kata Deni menambahkan.
Deni berharap agar masalah pungli tersebut diberantas sampai ke akar. Tidak hanya soal penindakan, PHRI juga menilai harus adanya langkah penyadaran yang dilakukan oleh pemerintah kepada masyarakat di lingkungan wisata.
“Ini tugas bersama, khususnya pemerintah. Kalau kami dari PHRI memiliki program penyadaran. Kita hadir di tempat wisata, mengedukasi masyarakat bagaimana misalnya kalau ada wisatawan datang. Harus seperti apa, pelayanannya bagaimana,” katanya.
Meskipun saat ini mulai jarang terdengar terjadinya aksi pungli di tempat wisata di Garut, tapi pungli tak berarti musnah. Data yang dihimpun dari Polres Garut, selama akhir bulan April saja, petugas menangkap sekitar 29 orang yang terindikasi melakukan pungli.
“Penindakan dilakukan di 10 titik berbeda. Baik tempat wisata maupun pusat perbelanjaan,” kata Ketua Tim Satgas Saber Pungli Garut Kompol Dhoni Erwanto.
Kebanyakan modus operandi yang dilakukan para pelaku pungli yang ditangkap polisi ini, adalah parkir liar yang terjadi di tempat wisata dan pusat perbelanjaan.
Misi Pemda Garut yang ingin menjadikan Garut sebagai destinasi wisata kelas dunia memang memiliki jalan yang terjal. Salah satu syarat yang harus ditempuh, adalah membuat nyaman wisatawan yang datang ke kota berjuluk Swiss van Java.
Selain fasilitas nyaman yang ditawarkan, salah satu indikator majunya wisata di Kabupaten Garut adalah rasa aman bagi wisatawan dari ancaman premanisme dan pungli.
Dhoni mengatakan, pihaknya berupaya melakukan pemberantasan pungli hingga ke akarnya. Ada beragam strategi yang dilakukan. Yang dianggap paling krusial adalah, operasi bebas alkohol yang selama hampir setahun ini dicanangkan pihak Polres Garut.
“Karena tidak bisa dipungkiri, awal mula dari terjadinya aksi kejahatan termasuk pungli ini, adalah minuman keras. Itu berdasarkan banyak kasus yang kita tangani. Oleh sebab itu, kami dari Polres Garut berkomitmen untuk menjaga situasi dengan memberantas minuman keras agar Garut kondusif,” katanya.
Selain melakukan pemberantasan, kata Dhoni, pihaknya juga intens melakukan pencegahan dengan berkolaborasi bersama Pemkab Garut. Patroli dan diskusi bersama masyarakat diintensifkan, untuk mencegah terjadinya pungli khususnya di tempat wisata.
“Kami juga membuka ruang pengaduan secara luas untuk melaporkan tindakan pungli kepada Satgas Saber Pungli. Kita pastikan bergerak cepat, tepat dan tuntas dalam menindaklanjuti laporan masyarakat,” katanya.
Menarik untuk ditunggu, kiprah Pemkab Garut dalam menanggulangi pungli untuk menjadikan tempat wisata Garut sebagai destinasi kelas dunia. Selain fasilitas tempat wisata yang harus terus dikawal perlengkapannya, masalah pungli juga harus dipelototi bersama-sama.

source